Kamis, 12 April 2018

Pakar IPB : Kayu Gaharu Sakit Bernilai Puluhan Juta Rupiah


Hasil gambar untuk pakar gaharu

JAKARTA - Tahukah Anda tentang kayu gaharu? Kayu berwarna kehitaman itu banyak terdapat di Indonesia tapi belum dimanfaatkan secara maksimal. Padahal, jika dibudidayakan dengan baik, harga jual gaharu berkualitas mencapai puluhan juta rupiah per kilogramnya.


Pendapat itu disampaikan oleh Pakar Kayu Gaharu Gayuh Rahayu dalam Dialog Pakar di RRI, belum lama ini. Peneliti asal Departemen Biologi Institut Pertanian Bogor (IPB) itu menyayangkan jika pemanfaatan kayu Gaharu justru dilakukan oleh masyarakat Arab, Taiwan, China, dan Jepang.

Secara tradisional, Gaharu digunakan sebagai dupa atau campuran parfum atau untuk aromaterapi. Lebih luas, Gaharu juga dipakai sebagai campuran ramuan obat karena pada dasarnya aroma wanginya dapat digunakan sebagai aromaterapi.

"Bahkan, Gaharu juga bisa digunakan sebagai bahan pengawet dan campuran obat batuk. Kalau kita pergi ke Mekkah, di mall-mall yang ada toko menyediakan bakaran kayu, kayu yang dibakar kebanyakan adalah Gaharu," ungkap Gayuh, seperti dinukil dari siaran pers yang diterima Okezone, Senin (12/5/2014).

Menurut Gayuh, Gaharu memiliki nilai jual yang tinggi. Uniknya, daya jual tertinggi Gaharu bukan ketika kayu itu sehat tapi justru ketika sakit.



"Kayu gaharu sehat bernilai rendah. Tetapi ketika pohon gaharu sakit dan mengeluarkan gumpalan coklat kehitaman beraroma wangi, kemudian disebut gubal, inilah yang bernilai tinggi," paparnya.

Dia menjelaskan, gubal diperoleh dari kayu Gaharu melalui bantuan cendawan. Ada beberapa jenis cendawan, seperti acremonium, cylindrocarpon, dan fusarium yang dapat menyebabkan pohon gaharu sakit.

"Pohon yang sakit berusaha mempertahankan diri dari serangan cendawan dengan menghasilkan senyawa untuk menekan perkembangan cendawan. Senyawa pertahanan tadi jika menumpuk pada bagian kayu. Maka kayu gaharu yang tadinya berwarna putih dan tidak wangi berubah menjadi berwarna coklat sampai coklat kehitaman dan menjadi wangi dan wanginya mudah menyebar kalau kayunya dibakar," tutur Gayuh.

Meski demikian, Gayuh menyayangkan masih minim petani Indonesia yang membudidayakan Gaharu. Namun, dia menyarankan bagi mereka yang ingin membudidayakan Gaharu untuk berkonsultasi dengan ahli di bidang tersebut secara berkala.

"Sekarang sudah ada petani Indonesia yang menghasilkan Gaharu meskipun belum diproduksi secara luas. Selama ini produksi gubal Gaharu di Indonesia masih mengandalkan produksi alami dari pohon Gaharu di hutan alam. Bagi yang ingin membudidayakan pohon ini, sebaiknya banyak belajar kepada orang yang telah dahulu memulai atau konsultasi ke ahli atau peneliti yang menggeluti bidang ini," imbuhnya.

sumber

Tidak ada komentar:

Posting Komentar