Mengenal Jamur Fusarium oxysporum




Jamur Fusarium oxysporum (Fo) merupakan salah satu jenis jamur yang sangat penting untuk diketahui dalam melaksanakan budidaya tanaman. Jamur jenis ini, menjadi inang demikian banyak jenis tanaman, mulai dari tanaman yang berarti strategis sampai tanaman pagar di kebun petani. Fo mempunyai variasi spesies yang tinggi, yaitu sekitar 100 jenis dan menyebabkan kerusakan secara luas dalam waktu singkat dengan intensitas serangan mencapai 35% (Sudantha,2010). Jamur Fo adalah salah satu jenis patogen tular tanah yang mematikan, karena patogen ini mempunyai strain yang dapat dorman selama 30 (tiga puluh) tahun sebelum melanjutkan virulensi dan menginfeksi tanaman.

Bioekologi
Jamur Fo dalam perkembangbiakannya membentuk dua jenis spora aseksual yaitu spora mikrokonidium dan spora makrokonidium. Spora mikrokonidium bersel tunggal, tidak bersekat, tidak berwarna, berdinding tipis, bentuknya bulat telur sampai lurus dengan ukuran 2 – 5 x 2,3 – 3,5 µm (Gambar 1).
Gambar 1. Mikrokonidium 
Spora makrokonidium bentuknya lancip, ujungnya melengkung seperti bulan sabit, bersekat 3–5, ukurannya 20–46 x 3,2–8 µm. Pada keadaan tertentu menghasilkan klamidospora berwarna coklat muda, dindingnya tebal, ukuran 6– 10 µm, dibentuk di ujung terminal atau di tengah hifa (Semangun, 2000). Menurut Blaney, (1991) dalam Auliya’, (2008), Fo merupakan fungi berfilamen yang memiliki 3 macam konidia, yaitu klamidiospora, makrokonidia yang berbentuk lengkung seperti bulan sabit dengan kedua ujung yang lancip dan mikronidia yang berbentuk bulat, tidak bersekat dan tidak berwarna, berdinding tebal dan sangat resisten terhadap keadaan lingkungan yang buruk. Spora ini terbentuk dari penebalan bagian-bagian tertentu dari suatu hifa somatik. Inokulum Foc terdiri atas makrokonidium, mikrokonidium, klamidospora dan miselia.
Gambar 2. Makrokonidium
Gambar 3. Klamidospora
Morfologi
Cendawan Fo tergolong kedalam kingdom:  Mycetae, divisi: Mycota, subdivisi: Deuteromycotina, klas: Hypomycetes, ordo: Hyphales(Moniliales), family: Tubercularia-ceae, genus: Fusarium, spesies:  F. oxysporum (Agrios, 1996).  Miselium cendawan  ini  bersekat  terutama  terdapat  di  dalam  sel,  khususnya  di  dalam  pembuluh  kayu.  Cendawan ini juga membentuk miselium yang terdapat diantara sel-sel, yaitu  dalam  kulit  dan  di  jaringan parenkim di dekat tempat terjadinya infeksi Semangun 2004). 
Pada medium Potato Dextrose Agar (PDA) mula-mula miselium berwarna putih, semakin tua warna menjadi krem  atau  kuning  pucat,  dalam  keadaan  tertentu  berwarna  merah  muda  agak  ungu.  Miselium  bersekat  dan membentuk percabangan. Beberapa isolat Fusarium akan membentuk pigmen biru atau merah di dalam medium.
Di  alam  cendawan  ini  membentuk  konidium  pada  suatu  badan  buah  yang  disebut  sporodokium,  yang dibentuk pada permukaan tangkai atau daun sakit pada tingkat yang telah lanjut. Konidiofor bercabang - cabang rerata mempunyai panjang 70 µm. Cabang-cabang samping biasanya bersel satu, panjangnya sampai 14 µm. Konidium terbentuk pada ujung cabang utama atau cabang samping. Mikrokonidium sangat banyak dihasilkan oleh cendawan pada semua kondisi, bersel satu atau bersel dua, hialin, jorong atau agak memanjang, berukuran   5-7 x 2.5-3 µm, tidak bersekat  atau  kadang-kadang  bersekat  satu dan  berbentuk  bulat  telur  atau  lurus.  Makrokonidium  berbentuk  sabit, bertangkai kecil, kebanyakan bersel empat, hialin, berukuran 22-36 x 4-5 µm. Klamidospora bersel satu, jorong atau bulat,  berukuran  7-13  x  7-8  µm, terbentuk di  tengah  hifa  atau  pada  makrokoniudium,  seringkali  berpasangan (Sastrahidayat, 1992).
Gambar 4.Fo pada media PDA (9Hsi)
  Sumber: Juniawan, 2015.
Karakter
Jamur ini merupakan parasit lemah artinya hanya dapat menyerang tanaman yang sedang berada pada kondisi lemah (peka) karena kekeringan, kekurangan unsur hara, terlalu banyak sinar matahari dan tanaman terlalu banyak buah [Childers dan Cibes, (1948) dalam Semangun, (2000)].
Sebagai patogen primer, jamur dapat menginfeksi jaringan inang sebelum ada serangan jamur patogen lain dan dapat menimbulkan gejala. Sebagai patogen sekunder bila jamur menginfeksi tanaman inang setelah ada serangan jamur patogen lain, sehingga tingkat serangan menjadi sedemikian parah [Joffe, (1973) dalam Isnaini, dkk. (2004)].  Jamur dapat menyebar melalui pengangkutan bibit dan tanah yang terbawa angin atau air atau alat pertanian. Populasi patogen dapat bertahan secara alami di dalam tanah dan pada akar-akar tanaman sakit. Apabila terdapat tanaman yang peka maka bila terdapat luka pada akarnya, Foc akan segera menginfeksinya.
Inang dan gejala serangan
Jamur Fo merupakan penyebab penyakit layu dan busuk batang pada berbagai jenis tanaman pangan, hortikultura dan perkebunan. Inang dari patogen ini adalah sayuran, bawang, kentang, tomat, kubis, lobak, petsai, sawi, temu-temuan, semangka, melon, pepaya, salak, krisan, anggrek, kacang panjang, cabai, ketimun, jambu biji, dan jahe. Tanaman lain yang diketahui menjadi inang patogen ini adalah kelapa sawit, kelapa, lada,  vanili, dan kapas (Semangun, 2004). 
Jamur Fo mempunyai banyak bentuk khusus yang disebut dengan formae specialis (f.sp), seperti: f.sp. asparagi yang menyerang asparagus;  f.sp. callistephi  yang menyerang tanaman aster; f.sp. cubense penyebab penyakit  layu  Panama pada  pisang; f.sp. dianthi penyebab penyakit layu  pada  anyelir; f.sp. lycopersici penyebab penyakit layu  pada  tomat;  f.sp. melonis penyebab penyakit layu  fusarium  pada  melon; f.sp. niveum penyebab penyakit layu  fusarium  pada semangka; f.sp. tracheiphilum penyebab penyakit layu pada kedelai; dan f.sp. zingiberi sebagai penyebab penyakit kuning pada jahe (Raabe et al, 1981 dalam Djaenuddin, .... ). 
Miseliumnya dapat ditemukan di sekitar jaringan tanaman dan umumnya dapat diisolasi dari jaringan yang sakit atau di dalam pembuluh xylem tanaman yang diserang [Frank, (1972) dalam Isnaini, dkk. (2004)]. Seperti serangan pada tanaman pisang sebagai penyakit busuk batang pisang yaitu dengan menanam bagian tanaman yang bergejala pada media PDA (potato dextrose agar).
Kerusakan yang ditimbulkan meliputi rebah benih, busuk akar, busuk batang dan busuk tangkai yang terjadi ketika tanaman berada pada kondisi stress atau ketika terjadi luka pada bagian luar jaringan tanaman. Fusarium sangat berbahaya bagi tanaman pangan karena menyebabkan kerusakan seperti kematian bibit, busuk akar dan busuk tangkai (Bacon dan Hinton, 1999 dalam Auliya’, 2008).
Faktor yang berpengaruh adalah cuaca lembab sehingga penyakit banyak dijumpai di kebun yang terlalu rapat, terutama pada musim hujan karena banyak terjadi infeksi baru. Kebun yang peteduhnya ringan kurang mendapat gangguan penyakit (Semangun, 2004). Jamur Fo juga dapat bertahan lama di dalam tanah. Tanah yang sudah terinfeksi sukar dibebaskan kembali dari jamur ini. Fo  adalah  cendawan  tanah  yang  dapat  bertahan  lama  dalam  tanah  sebagai  klamidospora  yang terdapat  banyak  dalam  akar-akar  yang  sakit.  Cendawan  dapat  bertahan  juga  pada  akar  bermacam-macam  rumput, dan pada tanaman jenis Heliconia.  Fo menyerang melalui akar, terutama akar yang luka. Baik luka mekanis maupun  luka  yang  disebabkan nematoda  Radophulus  similis.  Tetapi  tidak  bisa  masuk  melalui  batang  atau  akar rimpang, meskipun bagian ini dilukai (Semangun, 2004).
Daftar bacaan:
Agrios, G.N.  1996. Plant Pathology. Penerjemah Munzir Busnia dalam Ilmu Penyakit  
          Tumbuhan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Auliya, Nur Hikmatullah, Hikmatul Ilmi, Handa Muliasari, 2008.  Pemanfaatan Alkaloid
          Lombine dalam Ekstrak Kasar Daun Kumbi (Voacanga foetida) sebagai Fungisida
          alami. Makalah tidak dipublikasikan. Universitas Mataram. Mataram.
Djaenuddin, N : tanpa tahun, Bioekologi dan Pengelolaan Penyakit Layu Fusarium
          Balai Penelitian Tanaman Serealia, Maros.
Isnaini, M. Rohyadi, dan Murdan, 2004. Identifikasi dan Uji Patogenitas Jamur-jamur
          Penyebab Penyakit Busuk Batang Tanaman Vanili di Lombok Timur. Fakultas
          Pertanian Universitas Mataram. Mataram.
Juniawan, 2015. Fungitoksisitas Eugenol terhadap Jamur Fusarium oxysporum f.sp.
          cubense.Artikel tidak dipublikasikan. Universitas Brawijaya.Malang.
Semangun, 2001. Pengantar  Ilmu Penyakit Tumbuhan. Gadjah Mada University Press.
          Yogyakarta. 
................., 2004. Pengantar Penyakit Penting Tanaman Hortikultura di Indonesia. Gadjah
          Mada University Press.Yogyakarta. 
Sudantha, I M. 2009. Karakterisasi dan Virulensi Jamur Fusarium oxysporum f.sp. cubense Penyebab Penyakit Layu Pada Tanaman Pisang dan Pengendaliannya Secara Hayati Menggunakan Jamur Saprofit Trichoderma spp. Prosiding Seminar Hasil Penelitian. Universitas Mataram. Mataram.
sumber